BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Kambing perah sudah tidak terasa asing bagi sebagian masyarakat Indonesi,
termasuk masyarakat Nusa Tenggara Barat. Namun
kenyataannya, khasiat susu kambing ini telah disadari oleh sebagian masyarakat
Indonesia berkhasiat dan dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti ashma,
alergi, gangguan pencernaan, mencegah kanker, berfungsi untuk bahan kosmetik
dan meningkatkan pertumbuhan tulang bagi anak-anak balita (Asih, 2004). Susu
kambing ini masih sangat eksklusif karena ketersediaannya masih sangat
terbatas, sehingga harganya menjadi relative lebih tinggi dibandingkan dengan
susu sapi. Di Indonesia susu kambing dikonsumsi sebagai obat alternatif,
bukan sebagai pelengkap gizi. Umumnya, orang mengonsumsi susu ini untuk membantu penyembuhan
penyakit asma, tuberkolosis (TBC), mencegah penuaan dini dan mencegah osteoporosis. Pada masa
laktasi kambing PE mampu menghasilkan 0,8 - 2,5 liter susu perhari, dengan
harga jual antara Rp15.000 - 20.000 per liter. Sebagai gambaran jika
seorang peternak memelihara 7-10 ekor, diperkirakan yanglaktasi 5 ekor
dan rata-rata menghasilkan 1 liter per hari, maka penghasilanpeternak tersebut
setiap hari adalah sekitar 5 liter susu dengan hargarata-rata Rp. 15.000
perliter, maka pendapatan peternak tersebut adalah sekitar Rp.75.000/hari (Zainal
Mutakim, 2013).
Hal ini memberikan peluang
bisnis yang sangat menarik bagi masyarakat Indonesia untuk beternak kambing
perah, terutama Kambing Peranakan Etawah (PE) yang telah cukup lama beradaptasi
dengan iklim Indonesia, dan sudah mulai disenangi oleh sebagian masyarakat NTB.
Pada dasarnya kambing PE ini
merupakan ternak dwi guna. Artinya, kambing PE dipelihara dengan dua tujuan,
yaitu menghasilkan susu dan daging. Kambing PE memiliki kemampuan memproduksi susu antara
1,0 – 3,0 liter perhari. Dengan kemampuan produksi susu tersebut maka kambing
PE cukup berpotensi untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil susu atau
sebagai ternak perah (Setiawan, 2003). Permasalahan yang dihadapi peternak sekarang ini adalah bagaimana
teknik pemeliharaan yang baik dan benar agar produksi susunya sesuai dengan
harapan belum dipahami. Menurut Asih (2004), system pemeliharaan kambing perah berbeda
pada setiap status physiologi yang berbeda seperti: anak pra-sapih, anak
setelah sapih, anak sedang tumbuh, kambing dara, bunting dan laktasi. Kambing
yang sedang laktasi sangat peka dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan kambing laktasi dapat menurunkan produksi susu,
dan akan berpengaruh terhadap produksi susu dan berpengaruh pula pada
pertumbuhan anak pra-sapih. Berdasarkan hal tersebut, dipandang perlu untuk melakukan praktek
mengenai “penanganan induk kambing PE yang sedang laktasi di peternakan kambing
Gopala, yang sedang
memelihara relative cukup banyak kambing PE.
1.2. Tujuan dan Kegunaan Praktikum
1.2.1.Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini
adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses pemerahan
dengan baik dan benar.
1.2.2.Kegunaan
Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui manajemen cara
– cara pemerahan dengan baik.
BAB
II
MATERI
DAN METODE
2.1.
Waktu dan Tempat Praktikum
Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 25 Desember 2016, pukul
08:00 – 02:30 WIB di Peternakan Gopala Gunung Pengsong Lombok Barat.
2.2.
Alat dan Bahan Praktikum
2.2.1.
Alat
1. Botol
2.2.2.
Bahan
1. Kambing PE
2.3.
Metode Praktikum
Adapun metode praktikum ini adalah sebai
berikut:
1. Menyiapkan
kambing yang akan diperah dan menenangkannya.
2. Membersihkan
ambing agar tidak terkontaminasi dengan kotoran.
3. Melakukan
pemerahan dengan menggunakan dua jari atau semua jari.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBASAN
3.1.
Hasil Praktikum
1.Pemerahan
3.2. Pembahasan
Proses memerah kambing
dimulai ketika kambing betina melahirkan anaknya. Pada masa kira-kira
4-7 hari dari masa melahirkan tersebut induk kambing akan menghasilkan
kolostrum yang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dan kesehatan dari
cempe atau anak kambing.
Meskipun harga Kolostrum ini jika dijual akan sangat tinggi, usahakan beri
kolostrum ini kepada anak kambing atau cempe seoptimal mungkin agar kesehatan
nya terjamin. Kolostrum adalah cairan kental kekuningan yang
mengandung nutrisi-nutrisi utama dan zat antibodi yang sangat dibutuhkan
dalam perkembangan tubuh anak kambing. Memerah susu dalam jangka 2x sehari memastikan susu yang
diproduksi oleh kambing akan bisa diambil secara optimal dan juga
memastikan jumlah susu yang ada dalam ambing tidak terlalu penuh. Interval dari
setiap pemerahan kira-kira 12 jam.
Agar didapat hasil yang
baik, antara kesehatan anak kambing atau cempe dengan jumlah susu yang dapat kita ambil untuk dijual, ketika
umurnya sudah cukup, kira-kira pada umur 14 hari, pisahkan anak kambing ketika malam hari dengan induknya,
dengan cara ini susu kambingd ari induknya 50% bisa untuk anaknya dan yang 50% bisa
kita ambil.
Namun jika yang anda perah
bukan merupakan kambing
yang memang ditujukan untuk diperah memang hasil susunya akan
sangat sedikit. Kambing peranakan ettawa jika diperah jumlah susu yang
dihasilkan 400cc-800cc waktu laktasinya pun tak panjang. Berbeda dengan jenis
kambing Saanen yang memang merupakan jenis kambing perah, produksi susu bisa
mencapai 2 – 4 liter/harinya dan waktu laktasinya hampir sepanjang tahun.
Adapun persiapan dalam melakukan pemerahan meliputi
membersihka kambing perah,
menyiapkan
alat-alat pemerahan dan pembersihan kandang. Pembersihan kandang
dilakukan dengan penyiraman lantai kandang, membuang kotoran dengan
menyemprotkan air sehingga lantai kandang menjadi bersih. Pembersihan kandang adalah salah satu langkah yang
dilakukan untuk menjaga kualitas susu. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedono
dan Sutardi (2003) yang menyatakan bahwa pembersihan kandang bertujuan untuk
menghilangkan kotoran yang dapat menyebabkan terkontaminasinya susu oleh
bakteri, akan mempengaruhi susu dimana kotoran tersebut
dapat menimbulkan bau yang bisa terserap oleh susu. Sebelum pemerahan dimulai
kandang kambing harus bebas dari kotoran, hal ini dilakukan untuk menjaga
kualitas susu bahwa daerah di sekitar pemerahan harus bersih dan bebas dari bau
sebelum kambing tersebut diperah. Membersihkan kambing dilakukan satu kali
sehari karena kambing harus selalu bersih setiap kali akan diperah.
Pemerahan dilakukan dengan menggunakan tangan dan mesin. Pemerahan dengan tangan
dilakukan dengan metode strippen. Hal ini sesuai dengan pendapat Sindoredjo (1960) yang menyatakan
bahwa pemerahan dengan tangan dapat dilakukan dengan 3 cara pemerahan yaitu Whole
hand, Strippen dan Knivelen. Pada praktikum kali ini kami melakukan pemerahan dengan menggunakan
tangan.Pemerahan dapat dilakukan dengan dua jari ataupun dengan semua jari.
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Pemerahan dilakukan dengan menggunakan tangan dan mesin. Pemerahan dengan tangan
dilakukan dengan metode strippen. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sindoredjo (1960) yang menyatakan bahwa pemerahan dengan tangan dapat
dilakukan dengan 3 cara pemerahan yaitu Whole hand, Strippen dan Knivelen.
Pada praktikum kali ini kami melakukan pemerahan dengan menggunakan tangan.
Pemerahan dapat dilakukan dengan dua jari ataupun dengan semua jari.
4.2.
Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan yaitu
mahasiswa harus serius dalam melakun praktik agar dapat memperoleh ilmu yang
banayak.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. http://www.infoternak.com/seberapa-sering-kah-sebaiknya-kambing-anda-diperah/
(Diakses 05, Januari 2017)
Murtidjo, B.A. 2001. Memelihara Kambing
sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius, Yogyakarta.
Sarwono, B. 2005. Beternak Kambing Unggul.
Cetakan Ke – VIII. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiawan, T dan A. Tanius. 2003. Beternak
Kambing Perah Peranakan Etawa. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siregar, S. B. 1994. Ransum
Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sodiq, A. 2002.Kambing Peranakan Etawa
Penghasil Susu Berkhasiat Obat. Cetakan Pertama. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Sugeng, Y.B. 1992.
Beternak Sapi Potong. CV Panebar Swadaya, Jakarta.
Sarwono,B. 2012. Beternak
Kambing Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
No comments:
Post a Comment