MAKALAH
IN
SACCO
OLEH
:
NAMA :
BUDIONO
NIM :
B1D014049
KELAS : 3A1
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
MATARAM
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulisan Makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Sholawat berserta salam tak luput dihaturkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan paa
penulis khususnya, dan penulis menyampaikan terima kasih.
Penulis
Mataram, November
2015
DAFTAR
ISI
Halaman
judul ........................................................................................... i
Kata
Pengantar ......................................................................................... 1
Daftar
Isi .................................................................................................. 2
BAB
I : PENDAHULUAN
........................................................... 3
1.1
Latar Belakang Masalah .................................................................... 3
1.2
Tujuan ............................................................................................... 3
BAB
II : Tinjauan Pustaka
............................................................. 4
BAB
III : Pembahasan
..................................................................... 5
BAB
IV : Kesimpulan
...................................................................... 6
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................. 7
BAB
I
PENDAHULUAN
1 . Latar
Belakang
Hijauan memegang peranan penting
pada produksi ternak ruminansia, karena pakan yang dikonsumsi oleh sapi,
kerbau, kambing, dan domba sebagian besar dalam bentuk hijauan, tetapi
ketersediaannya baik kualitas, kuantitas, maupun kontinyuitasnya masih sangat terbatas.
Petani pada umumnya memberikan pakan pada ternak tidak ditentukan jumlahnya,
sehingga masih kurang atau terlalu banyak sisa terbuang. Oleh karena itu
diperlukan suatu cara untuk mengoptimalkan penggunaan pakan yang diberikan pada
ternak tersebut. Optimalisasi dan efesiensi tersebut dapat dilakukan apabila
diketahui besarnya kandungan nutrient, konsumsi, dan kecernaan bahan pakan
tersebut.
Tipe evaluasi pakan pada prisipnya
ada 3 yaitu metode In vitro, Insacco, In vivo. Metode in sacco merupakan metode
pendugaan kecernaan untuk evaluasi bahan paka yang dapat didegradasi di dalam
rumen. Metode ini cukup sederhana dan memiliki beberapa keunggulan yaitu, dapat
mengevaluasi bahan pakan lebih dari satu dalam waktu yang bersamaan serta dapat
mempertahankan pH rumen dan populasi mikroba dibanding in vitro.
Oleh karena itu untuk
mengetahui nilai manfaat suatu pakan perlu dilakukan percobaan kecernaan pakan
pada ternak, karena dari hasil analisis kimia terhadap suatu pakan hanya
menggambarkan nilai zat-zat makanannya tanpa nilai manfaatnya. Kecemaan in
sacco merupakan pengukuran kecemaan pakan dengan memasukkan bahan pakan
dalam kantong nilon ke dalam alat pencernaan ruminansia (Chruch dan Pond,
1998).
1.2 Tujuan
1. Mengetahui
pengukuran daya cerna secara in vivo dengan menggunakan hewan percobaan.
2. Mengetahui
selisih antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan jumlah feses dan persentase
pakan tercerna dengan pakan yang dikonsumsi.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pakan
ternak merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam suatu usaha peternakan.
Oleh karena itu pengetahuan tentang pakan dan pemberiannya perlu mendapat
perhatian yang serius. Ransum yang diberikan kepada ternak harus diformulasikan
dengan baik dan semua bahan pakan yang dipergunakan dalam menyusun ransum harus
mendukung produksi yang optimal dan efisien sehingga usaha yang dilakukan dapat
menjadi lebih ekonomis.Hal-hal yang berkaitan dengan pemberian pakan
ternak adalah kebutuhan nutrisi ternak, komposisi nutrisi bahan pakan
penyusun ransum dan bagaimana beberapa bahan dapat dikombinasikan (penyusunan
ransum standar) untuk mencukupi kebutuhan ternak (Subandriyo et al. 2000).
Pencernaan
pada ternak ruminansia merupakan proses yang kompleks, melibatkan interaksi
yang dinamis antara makanan, mikroba dan hewan. Pencernaan merupakan proses
yang multi tahap. Proses pencernaan pada ternak ruminansia terjadi secara
mekanis di mulut, fermentatif oleh mikroba di rumen, dan hidrolitis oleh enzim
pencernaan di abomasum dan duodenum hewan induk semang. Sistem fermentasi dalam
perut ruminansia terjadi pada sepertiga dari alat pencernaannya. Hal tersebut
memberikan keuntungan yaitu produk fermentasi dapat disajikan ke usus dalam
bentuk yang lebih mudah diserap. Namun ada pula kerugiannya, yakni banyak
energi yang terbuang sebagai CH4 (6-8%) dan sebagai panas fermentasi (4-6%),
protein bernilai hayati tinggi mengalami degradasi menjadi NH3, dan mudah
menderita ketosis (Sutardi 2006).
Metode
in sacco merupakan metode pendugaan kecernaan untuk evaluasi bahan pakan yang
dapat didegradasi di dalam rumen. Metode ini cukup sederhana dan memiliki
beberapa keunggulan yaitu: dapat mengevaluasi bahan pakan lebih dari satu dalam
waktu yang bersamaan serta dapat mempertahankan pH rumen dan populasi mikrobia
dibanding in vitro. Pakan yang diuji diinkubasikan secara langsung pada
lingkungan rumen (Soejono,1990)
BAB
III
PEMBAHASAN
Metode
in sacco merupakan metode untuk evaluasi kecernaan bahan paka yang dapat
didegradasi di dalam rumen dengan menggunakan kantong nilon. Kecermaan
secara in sacco dengan menggunakan metode kantong nilon adalah suatu
metode yang sederhana untuk mendapatkan informasi dasar tentang nilai nutrisi
pakan (kecernaan), dengan cara menempatkan kantong nilon berisi sampel pakan di
dalam rumen selama waktu tertentu. Pori-pori kantong nilon berkisar antara 20-
50mm yang ditempatkan dalam rumen termak ruminansia meialui canula, diameter
canula fistula berkisar 10 – 15 cm dan diameter lubang 5 – 7 cm, berat sampel
yang di masukkan kedalam kantong nilon berkisar 2,5 – 5 gram bahan kering
(Preston dan Leng, 1986).
Metode
in sacco memiliki manfaat untuk mengetahui tingkat degradasi pakan dengan
menempatkannya dalam kantong nilon dan diinkubasi dalam rumen melalui canula
vistula rumen. Kelebihan dari metode in sacco yaitu tidak memerlukan jumlah
bahan sampel yang banyak, tidak memerlukan banyak tenaga, dapat diperoleh hasil
analisis dalam waktu singkat dan nilai degradabilitas berhubungan erat dengan
in vivo, walaupun kurang cocok untuk dipakai secara rutin. Kekurangan dari metode
in sacco yaitu memerlukan ternak berfistula rumen dan secara teknis bermasalah
dalam penerapannya seperti putusnya tali penggantung kantong nilon. Selain itu
kadangkala terbukanya tutup canula
fistula sehingga cairan rumen keluar yang menyebabkan keadaan rumen airob
sehingga mikrobia yang menempel pada pakan tidak bekerja sesuai yang
diinginkan, sehingga berakibat tinggi kadar protein residu pakan yang diuji.
Orskov
(1982) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemaan in
sacco antara lain lama inkubasi, ukuran sampel dan saat pencucian. Masa
inkubasi pakan di dalam rumen meialui percobaan kecemaan in sacco adalah 12-36
jam untuk konsentrat, 24-60 jam untuk hijauan bemilai nutrisi baik dan 48-72
jam untuk hijauan berserat kasar tinggi, sehingga dengan mengetahui jumlah
pakan yang hilang dari kantong nilon, maka dapat diketahui koefesien kecemaan
dan laju degradasi.
BAB
IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Metode in sacco merupakan metode
pendugaan kecernaan untuk evaluasi bahan paka yang dapat didegradasi di dalam
rumen. Kecemaan secara in sacco dengan menggunakan metode kantong
nilon adalah suatu metode yang sederhana untuk mendapatkan informasi dasar
tentang nilai nutrisi pakan (kecernaan), dengan cara menempatkan kantong nilon
berisi sampel pakan di dalam rumen selama waktu tertentu. Kelebihan dari metode in sacco yaitu tidak
memerlukan jumlah bahan sampel yang banyak, tidak memerlukan banyak tenaga,
dapat diperoleh hasil analisis dalam waktu singkat. Kekurangan dari metode in
sacco yaitu memerlukan ternak berfistula rumen dan secara teknis bermasalah
dalam penerapannya seperti putusnya tali penggantung kantong nilon. Selain itu
kadangkala terbukanya tutup canula
fistula sehingga cairan rumen keluar yang menyebabkan keadaan rumen airob
sehingga mikrobia yang menempel pada pakan tidak bekerja sesuai yang
diinginkan, sehingga berakibat tinggi kadar protein residu pakan yang diuji.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi.
2004. Pencernaan Mikrobia Pada Ruminansia (terjemahan).
Cetakan pertama. Gadjah Mada University press. Yogyakarta. http:// www.fapet-ugm.ac.id/files/pdf Diakses 2 Januari 2012
Cetakan pertama. Gadjah Mada University press. Yogyakarta. http:// www.fapet-ugm.ac.id/files/pdf Diakses 2 Januari 2012
Subandriyo et al. 2000. Pendugaan kualitas
bahan pakan untuk teroak
ruminansia. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. http :// www.fapet-ipb.ac.id/files/edu Diakses 2 januari 2012
Sodiq & Abidin. 2002. Pengaruh Umur Pemotongan
Spesies Rumput terhadap Produksi Komposisi Kimia Kecernaan In Vitro dan In
Sacco. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. http:// www.fapet-ugm.ac.id/files/pdf Diakses 2 Januari 2012
No comments:
Post a Comment