102732477932904 Dunia peternakan budiono budhet: Laporan Praktikum Manajemen Ternak Perah Kebersihan Kandang

Tuesday 3 January 2017

Laporan Praktikum Manajemen Ternak Perah Kebersihan Kandang

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Permintaan akan ketersediaan daging kambing tiap tahun semakin meningkat, hal tersebut dibuktikan dengan semakin banyaknya tingkat konsumsi masyarakat terhadap makanan olahan berbahan dasar daging kambing. Apalagi beternak kambing tidaklah sesulit seperti ternak hewan-hewan yang lain.
Kambing Peranakan Etawa (PE) adalah hasil dari persilangan kambing etawa yang berasal dari india dengan kambing lokal (kambing kacang). Jenis kambing ini juga sudah tersebar di seluruh wilayah indonesia. Kambing Peranakan Etawa (PE) memiliki dua keuntungan yaitu sebagai penghasil daging serta penghasil susu. Ciri- ciri dari kambing PE yaitu telinganya panjang dan terkulai lemas, telinganya memiliki panjang 18-30 cm, warna bulu coklat muda sampai kehitaman. Kambing PE jantan, bulu di atas leher dan pundak relatif lebih tebal dan panjang, sedangkan untuk betina bulu bagian paha panjang. Bobot kambing PE betina ± 35 kg dan jantan ± 40 kg, tinggi pundaknya 76-100 cm.
Memelihara kambing etawa pada dasarnya hanya terdiri dari tiga hal yaitu Perkandangan, Pengadaan,Pakan dan Pelaksanaan. Jika kita dapat melakukan ketiga hal tersebut dengan baik, maka segalanya akan baik - baik saja. Namun tidaklah mudah, terutama dalam pelaksanaan. Biasanya tetap ada kendala berupa apapun. Kambing PE telah beradaptasi dengan baik terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).
Kambing Peranakan Etawa adalah ternak dwi guna, yaitu sebagai penghasil susu dan sebagai penghasil daging (Williamson dan Payne, 1993). Kambing PE adalah bangsa kambing yang paling populer dan dipelihara secara luas di India dan Asia Tenggara. Ciri-ciri kambing PE adalah warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih, hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol, baik jantan maupun betina memiliki tanduk, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang. Kambing PE telah beradaptasi dengan baik terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).
Menurut Williamson dan Payne (1993), sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang padang pengembalaannya luas, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk daya tampung kira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar. Sistem pemeliharaan secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambing yang belum disapih harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns, 1994). Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram per hari (Mulyono 2003).
Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus atau tanpa pengembalaan dan lebih terkontrol (Williamson dan Payne 1993). Kambing jantan dan betina dipisahkan begitu juga betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk dikembang biakkan. Kambing pejantan harus dipisahkan dengan yang betina (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot badan pada sistem pemeliharaan intensif ini bisa mencapai 100-150 gram per hari dengan rata-rata 120 gram perhari (Sarwono, 1999).
Sistem pemelihraan semi intensif merupakan gabungan dari ekstensif dan intensif yaitu dengan pengembalaan terkontrol dan pemberian konsentrat tambahan.

1.2. Tujuan dan Keguaan Praktikum
1.2.1.Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk  mengetahui bagaimana manajemen pembersihan kandang kambing perah dengan baik.

1.2.2. Kegunaan Praktikum
1.    Mahasiswa dapat memahami proses pembersihan kandang kambing perah dengan baik dan benar.


BAB II
MATERI DAN METODE


2.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 25 Desember 2016, pukul 08:00 – 02:30 WIB di Peternakan Gopala Gunung Pengsong Lombok Barat.

2.2. Alat dan Bahan Praktikum
2.2.1. Alat
·         Sapu lidi
·         Bak plastik
·         Karung
·         Sekop

2.2.2. Bahan
·         Kandang

2.3. Metode Praktikum
Adapun metode praktikum adalah sebagai berikut:
1.         Memisahkan ranting - ranting sisa pakan yang tidak terpakai dengan kotoran kambing terlebih dahulu.
2.         Memisahkan daun – daun yang dapat dijadikan sebagai kompos dengan kotoran kambing.
3.         Membersihkan lantai kandang dengan menggunakan sapu lidi.
4.         Mengambil kotoran kambing kemudian memasukkan ke dalam karung.




BAB III
HASIL DAN PEMBASAN


3.1. Hasil Praktikum

1. Sebelum pembersihan

2. Setelah dibersikan
3. Setelah dibersihkan
3.2. Pembahasan
Kandang merupakan salah satu unsur tata laksana yang harus mendapatkan perhatian yang cukup. Kandang yang baik akan memberikan dampak yang positif baik bagi ternak itu sendiri maupun bagi peternak. Perkembangan ternak akan optimal karena mempunyai tempat tinggal yang nyaman dan bersih. Pada akhirnya ternak bisa terhindar dari penyakit karena sanitasi kandang  yang baik.
Adapun fungsi kandang sebagai berikut:
1.      Kandang harus dapat melindungi kambing dari hewan-hewan pemangsa maupun hewan penganggu.
2.      Kandang harus dapat mempermudah kambing dalam melakukan aktifitas keseharian kambing seperti makan, minum, tidur, kencing, atau buang kotoran.
3.      Kandang dapat mempermudah peternak dalam melakukan pengawasan dan menjaga kesehatan ternak.
Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah suhu, cahaya, ventilasi dan kelembaban. Artinya kandang cukup mendapat cahaya matahari, mempunyai ventilasi yang baik dan mendapatkan udara segar akan memberikan suasana yang nyaman bagi ternak. Selain itu penempatan kandang cukup jauh dari rumah penduduk, sehingga kontaminasi dengan kandang semakin kecil.
Dalam praktikum kali ini kami melakukan manajemen kebersihan kandang. Kebersihan ini dilakukan dilingkungan kandang, kandang, tempat pakan dan air minum, kegiatan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sisa pakan yang ada dalam tempat pakan dan lingkungan kandang. Dalam melakukan pembersihan kandang ada tiga tahap yang kami lakukan yaitu pertama memisahkan ranting – ranting, kemudian memisahkan daun – daun sisa pakan dan yang terakhir membersihkan kotoran kambing kemudian dimasukkan ke dalam karung. Dalam pembersihan kandang tidak dilakukan sekaligus karena bertujuan untuk memisahkan bahan – bahan yang tidak dapat digunakan lagi seperti ranting – rantin sisa pakan, sedangkan daun – daun dan feses masih dapat digunakan kembali sebagai kompos dan pupuk.

BAB IV
PENUTUP


4.1.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu dalam melakukan pembersihan kandang perlu diperhatikan tahap – tahap dalam pembersihan kandang. Seperti memisahkan ranting sisa pakan terlebih dahulu, kemudian daun- daun dan yang terakhir baru mengumpulkan fesesnya.


4.2. Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan yaitu kebersihan kandang harus selalu diperhatikan, supaya lingkungan kandang tetap bersih dan kondusif bagi ternak yang dipelihara, serta menghindari timbulnya berbagai penyakit yang dapat merugikan peternak itu sendiri.



DAFTAR PUSTAKA



Anonim.2009.KambingEtawah.Erlangga.http://www.infoternak.com/kambing acang. (Diakses 28, Desember 2016)
Mulyono, S. 2003. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Cetakan Ke -V. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing Potong. Cetakan kedua. Penebar Swadaya, Jakarta.
Murtidjo, B.A. 2001. Memelihara Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sarwono, B. 2005. Beternak Kambing Unggul. Cetakan Ke – VIII. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.

Setiawan, T dan A. Tanius. 2003. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa. Penebar Swadaya, Jakarta.

No comments:

Post a Comment