BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permintaan akan
ketersediaan daging kambing
tiap tahun semakin meningkat, hal tersebut dibuktikan dengan semakin banyaknya
tingkat konsumsi masyarakat terhadap makanan olahan berbahan dasar daging kambing. Apalagi beternak kambing tidaklah sesulit seperti
ternak hewan-hewan yang lain.
Kambing Peranakan Etawa
(PE) adalah hasil dari persilangan kambing etawa yang berasal dari india dengan
kambing lokal (kambing kacang). Jenis kambing ini juga sudah tersebar di
seluruh wilayah indonesia. Kambing Peranakan Etawa (PE) memiliki dua keuntungan
yaitu sebagai penghasil daging serta penghasil susu. Ciri- ciri dari kambing PE
yaitu telinganya panjang dan terkulai lemas, telinganya memiliki panjang 18-30
cm, warna bulu coklat muda sampai kehitaman. Kambing PE jantan, bulu di atas
leher dan pundak relatif lebih tebal dan panjang, sedangkan untuk betina bulu
bagian paha panjang. Bobot kambing PE betina ± 35 kg dan jantan ± 40 kg, tinggi
pundaknya 76-100 cm.
Memelihara kambing etawa
pada dasarnya hanya terdiri dari tiga hal yaitu Perkandangan, Pengadaan,Pakan dan
Pelaksanaan. Jika kita dapat melakukan ketiga hal tersebut dengan baik, maka
segalanya akan baik - baik saja. Namun tidaklah mudah, terutama dalam
pelaksanaan. Biasanya tetap ada kendala berupa apapun. Kambing PE telah
beradaptasi dengan baik terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).
Kambing Peranakan Etawa adalah
ternak dwi guna, yaitu sebagai penghasil susu dan sebagai penghasil daging
(Williamson dan Payne, 1993). Kambing PE adalah bangsa kambing
yang paling populer dan dipelihara secara luas di India dan Asia
Tenggara. Ciri-ciri
kambing PE adalah warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih, hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol, baik jantan maupun betina memiliki tanduk, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang. Kambing PE telah beradaptasi dengan
baik terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).
Menurut Williamson dan
Payne (1993), sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah
yang padang pengembalaannya luas, kondisi iklim yang menguntungkan,
dan untuk daya tampung kira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar.
Sistem pemeliharaan secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak
kambing yang belum disapih harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra
dan Burns, 1994). Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara
secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram per hari (Mulyono 2003).
Sistem
pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus atau tanpa
pengembalaan dan lebih terkontrol (Williamson dan Payne 1993). Kambing jantan
dan betina dipisahkan begitu juga betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup
umur untuk dikembang biakkan. Kambing pejantan harus dipisahkan dengan yang
betina (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot badan pada sistem
pemeliharaan intensif ini bisa mencapai 100-150 gram per hari dengan rata-rata
120 gram perhari (Sarwono, 1999).
Sistem
pemelihraan semi intensif merupakan gabungan dari ekstensif dan intensif yaitu
dengan pengembalaan terkontrol dan pemberian konsentrat tambahan.
1.2. Tujuan dan Keguaan
Praktikum
1.2.1.Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
bagaimana manajemen pembersihan kandang kambing perah dengan baik.
1.2.2. Kegunaan
Praktikum
1.
Mahasiswa dapat memahami proses pembersihan kandang
kambing perah dengan baik dan benar.
BAB II
MATERI DAN METODE
2.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Adapun praktikum ini
dilaksanakan pada hari Minggu, 25 Desember 2016, pukul 08:00 – 02:30 WIB di
Peternakan Gopala Gunung Pengsong Lombok Barat.
2.2. Alat dan Bahan Praktikum
2.2.1.
Alat
·
Sapu
lidi
·
Bak
plastik
·
Karung
·
Sekop
2.2.2.
Bahan
·
Kandang
2.3. Metode Praktikum
Adapun metode praktikum adalah sebagai berikut:
1.
Memisahkan
ranting - ranting sisa pakan yang tidak terpakai dengan kotoran kambing
terlebih dahulu.
2.
Memisahkan
daun – daun yang dapat dijadikan sebagai kompos dengan kotoran kambing.
3.
Membersihkan
lantai kandang dengan menggunakan sapu lidi.
4.
Mengambil
kotoran kambing kemudian memasukkan ke dalam karung.
BAB III
HASIL DAN PEMBASAN
3.1. Hasil Praktikum
1. Sebelum pembersihan
2. Setelah dibersikan
3. Setelah dibersihkan
3.2. Pembahasan
Kandang
merupakan salah satu unsur tata laksana yang harus mendapatkan perhatian yang
cukup. Kandang yang baik akan memberikan dampak yang positif baik bagi ternak itu sendiri maupun
bagi peternak. Perkembangan ternak akan optimal karena mempunyai tempat tinggal
yang nyaman dan bersih. Pada
akhirnya ternak bisa terhindar dari penyakit karena sanitasi
kandang yang baik.
Adapun fungsi kandang
sebagai
berikut:
1.
Kandang harus dapat melindungi kambing dari
hewan-hewan pemangsa maupun hewan penganggu.
2.
Kandang harus dapat mempermudah kambing dalam
melakukan aktifitas keseharian kambing seperti makan, minum, tidur, kencing,
atau buang kotoran.
3.
Kandang dapat mempermudah peternak dalam melakukan pengawasan dan
menjaga kesehatan ternak.
Faktor
yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah suhu, cahaya, ventilasi
dan kelembaban. Artinya kandang cukup mendapat cahaya matahari, mempunyai
ventilasi yang baik dan mendapatkan udara segar akan memberikan suasana yang nyaman bagi ternak. Selain
itu penempatan
kandang cukup jauh dari rumah penduduk, sehingga kontaminasi dengan kandang
semakin kecil.
Dalam praktikum kali ini kami melakukan manajemen kebersihan
kandang. Kebersihan ini dilakukan dilingkungan
kandang, kandang, tempat
pakan dan air minum, kegiatan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sisa pakan
yang ada dalam tempat pakan dan lingkungan
kandang. Dalam melakukan pembersihan kandang ada tiga tahap yang kami lakukan
yaitu pertama memisahkan ranting – ranting, kemudian memisahkan daun – daun sisa
pakan dan yang terakhir membersihkan kotoran kambing kemudian dimasukkan ke
dalam karung. Dalam pembersihan
kandang tidak dilakukan sekaligus karena bertujuan untuk memisahkan bahan –
bahan yang tidak dapat digunakan lagi seperti ranting – rantin sisa pakan,
sedangkan daun – daun dan feses masih dapat digunakan kembali sebagai kompos
dan pupuk.
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu dalam
melakukan pembersihan kandang perlu diperhatikan tahap – tahap dalam
pembersihan kandang. Seperti memisahkan ranting sisa pakan terlebih dahulu,
kemudian daun- daun dan yang terakhir baru mengumpulkan fesesnya.
4.2.
Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan yaitu kebersihan
kandang harus
selalu diperhatikan, supaya lingkungan kandang tetap bersih dan kondusif bagi
ternak yang dipelihara, serta menghindari timbulnya berbagai penyakit yang
dapat merugikan peternak itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009.KambingEtawah.Erlangga.http://www.infoternak.com/kambing acang. (Diakses 28, Desember 2016)
Mulyono,
S. 2003. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Cetakan Ke -V. Penerbit PT
Penebar Swadaya, Jakarta.
Mulyono,
S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing Potong. Cetakan kedua. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Murtidjo,
B.A. 2001. Memelihara Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Sarwono,
B. 2005. Beternak Kambing Unggul. Cetakan Ke – VIII. Penerbit PT Penebar
Swadaya, Jakarta.
Setiawan,
T dan A. Tanius. 2003. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa. Penebar Swadaya,
Jakarta.
No comments:
Post a Comment