BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sapi
potong merupakan salah satu sumber daya penghasilan bahan makanan
berupa daging yang nilai ekonomi tinggi dan
penting dalam kehidupan masyarakat.Ternak adalah
segala jenis binatang yang dipelihara untuk tujuan diambil produksinya, berupa
daging,dan susu,. Produk tersebut bisa diperoleh dari berbagai jenis ternak,
antara lain, kambing, sapi, domba, dan kerbau. Ternak potong adalah jenis
ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai produk utamanya.
Sementara ternak kerja yaitu ternka yang dipelihara untuk diambil tenaganya.
Pemeliharaan
sapi potong di Indonesia di lakukan secara ekstensif,semi intensif,dan
intensif. Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir
sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik
mungkin sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi tersebut
dilepas dipadang pengem-balaan dan digembalakan sepanjang hari
Iklim
di indonesia dalah Super Humid atau panas basah yaitu klimat yang ditandai
dengan panas yang konstan, hujan dan kelembaban yang terus menerus. Temperatur
udara berkisar antara 21.11°C-37.77°C dengan kelembaban relatir 55-100 persen.
Suhu dan kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan stress pada ternak
sehingga suhu tubuh, respirasi dan denyut jantung meningkat, serta konsumsi
pakan menurun, akhirnya menyebabkan produktivitas ternak rendah. Selain itu
berbeda dengan factor lingkungan yang lain seperti pakan dan kesehatan, maka
iklim tidak dapat diatur atau dikuasai sepenuhnya oleh manusia.
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum
1.2.1
Tujuan praktikum
1.
Mempelajari cara menimbang ternak sapi dan mengetahui bobot badan
ternak sapi potong dengan cara mengukur bagian-bagian tubuh sapi.
2.
Untuk mengetahui perubahan gigi dan cara penentuan umur ternak
berdasarkan keadaan gigi.
3. Mempelajari bagai mana cara menghitung respirasi ternak potong.
4.
Mempelajari tentang bagai mana cara mengukur suhu tubuh ternak
potong.
5. Untuk mengetahui cara menghitung denyut nadi ternak.
6. Mempelajari cara membaca temperatur dan kelembaban kandang
pada ternak sapi potong.
7.
Mempelajari kondisi eksterior tubuh ternak sapi potong.
1.2.2. Kegunaan Praktikum
·
Praktikan dapat mengetahui
cara menimbang sapi dan mengetahui bobot badan dengan melihat ukuran
bagian-bagian tubuh ternak sapi potong.
·
Agar praktikan
mengetahui perubahan gigi dan cara penentuan umur ternak
berdasarkan jumlah gigi yang di miliki oleh ternak tersebut.
·
Praktikan mengetahui
suhu tubuh ternak pada jenis kelamin, umur, dan suhu lingkungan berbeda, serta
melatih keterampilan dalam melakukan pengukuran.
·
Agar praktikan
mengetahui cara mengukur respirasi pada ternak terse.
·
Agar praktikan
mengetahui kondisi temperatur dan kelembaban kandang pada ternak sapi potong
Agar praktikan mengetahui denyut nadi pada ternak.
·
Agar praktikan
mengetahui kondisi eksterior ternak sapi potong.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ternak menghasilkan sejumlah panas
metabolisme tergantung dari tipe ternak yaitu bobot badan, jumlah makanan yang
dikonsumsi dan kondisi lingkungan mikro. Panas yang dihasilkan dalam kandang
harus diprediksi untuk mendisain sistem kontrol lingkungan. Panas yang
dihasilkan dan kemudian dilepas oleh tubuh hewan terdiri atas panas sensibel (sensible
heat) dan panas laten (latent heat). Panas sensibel dan panas laten
yang dihasilkan oleh hewan dalam kandang merupakan komponen kritis keseimbangan
panas untuk kondisi setimbang dalam struktur kandang (Esmay, 1960).
Sapi Bali merupakan sapi keturunan Bos sondaicus (Bos Banteng) yang berhasil
dijinakkan dan mengalami perkembangan pesat di Pulau Bali. Sapi Bali aslimempunyai bentuk dan karakteristik
sama dengan banteng. Sapi. Sapi
bali terkenal karena keunikan dan keunggulannya di banding
sapi jenis lain. Sapi Bali mempunyai
sapi yang memiliki banyak sifat unggul diantaranya reproduksi sangat baik,
cepat beranak, mudah beradaptasi dengan lingkungannya, tahan terhadap penyakit,
dapat hidup di lahan kritis, memiliki daya cerna yang baik terhadap pakan dan
persentase karkas yang tinggi.
Suhu tubuh sapi dipengaruhi oleh jenis, bangsa, umur,
jenis kelamin, kondisi dan aktivitasnya. Kisaran tubuh normal pada sapi
adalah 38,5-39,6 0C dengan suhu kritis 40 0C
(Subronto, 1985). Suhu
lingkungan yang berubah-ubah menyebabkan ternak selalu berusaha untuk menjaga
suhu tubuhnya agar tetap, karena sapi adalah hewan homeothermis. Kisaran suhu tubuh
normal anak sapi 39,5-40ºC, sedangkan untuk sapi dewasa 38-39,5ºC (Sugeng, 2000).
Rata-rata
frekuensi pernafasan sapi adalah 10-30 kali per menit. Pernafasan akan lebih
cepat pada sapi yang ketakutan, lelah akibat bekerja berat dan kondisi udara
terlalu panas (Sugeng, 2000).
Hewan
yang sakit atau stress akan meningkat denyut jantungnya untuk waktu tertentu.
Semakin tinggi aktivitas yang dilakukan ternak, semakin cepat denyut nadinya.
Hewan yang mempunyai ukuran tubuh lebih kecil, denyut nadinya lebih besar
daripada hewan yang mempunyai ukuran tubuh besar (Frandson, 1992).
Respirasi adalah proses pertukaran gas sebagai suatu rangkaian kegiatan fisik
dan kimis dalam tubuh organisme dalam lingkungan sekitarnya. Oksigen diambil
dari udara sebagai bahan yang dibutuhkan jaringan tubuh dalam proses metabolisme.
Frekuensi respirasi bervariasi tergantung antara lain dari besar badan, umur,
aktivitas tubuh, kelelahan dan penuh tidaknya rumen. Kecepatan respirasi
meningkat sebanding dengan meningkatnya suhu lingkungan.Meningkatnya frekuensi
respirasi menunjukkan meningkatnya mekanisme tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan fisiologik dalam tubuh hewan. Kelembaban udara yang tinggi
disertai suhu udara yang tinggi menyebabkan meningkatnya frekuensi respirasi.
Frekuensi denyut nadi dapat dideteksi melalui
denyut jantung yang dirambatakan pada dinding rongga dada atau pada pembuluh
nadinya. Frekuensi denyut nadi bervariasi tergantung dari jenis hewan, umur,
kesehatan dan suhu lingkungan. Disebutkan pula bahwa hewan muda mempunyai
denyut nadi yang lebih frekuen daripada hewan tua. Pada suhu lingkungan tinggi,
denyut nadi meningkat(Housebanri ,2009).
Mengukur panjang badan dapat dilakukan dengan cara menempatkan tongkat ukur
bagian permanen dibagian depan tulang persendian pada kaki depan dan cara
membacanya harus lurus, sehingga pengukuran yang dilakukan akurat (Susetyo,
1977).
Lingkar dada pada ternak
menunjukkan berat badannya, di mana semakin panjang lingkar dadanya maka
semakin berat bobot badan ternak tersebut dan sebaliknya semakin pendek lingkar
dada suatu ternak maka berat badan ternak tersebut ringan atau ternak tersebut
kurang sehat/ kurus (Roche, 1975).
Adapun untuk menentukan umur sapi yang perlu
diperhatikan adalah kondisi gigi yang meliputi pertukaran gigi seri susu dengan
gigi seri tetap, perecupan gigi seri, pergesekan, dan bintang gigi. Jika
gigi seri susu I1 sudah berganti dengan gigi seri tetap dan sudah merecup,
berarti umur sapi 2 tahun. Jika gigi seri susu I2 sudah berganti dan merecup,
berarti umur sapi 3 tahun. Jika gigi seri susu I3 sudah berganti dan merecup,
umur sapi 3,5 tahun. Jika semua gigi seri telah berganti (I4) dan merecup, umur
sapi 4 tahun. Jika I4 ada tanda pergesekan, berarti umur sapi 5 tahun. (Timan
2003).
Sudut mata terlihat bersih tanpa adanya kotoran atau
getah radang dan tidak terlihat perubahan warna di selaput lendir dan kornea
matanya. Ekornya selalu aktif mengibas untuk mengusir lalat. Pernafasan
denyut jantung dan ruminansi normal dan dapat dirasakan (Akoso, 1996).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
3.1.1 Waktu Praktikum
Adapun waktu praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 01 Desember 2015.
3.1.2 Tempat Praktikum
Adapun tempat praktikum ini diadakan yaitu di Teacing Farm Universitas
Mataram.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. stetoskop
2. termometer klinik
3. taimbangan
4. stop wact
5. pita ukur
6. tongkat ukur
7. thermo
hygrometer
8. hand counter
3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Sapi Jantan
2. vaselin
3. alcohol
3.3 Metode Praktikum
3.3.1
Penentun Umur Ternak
1. Memasukkan sapi ke dalam kandang jepit, diusahakan agar keadaan tenang dan
tidak menjadi gelisah sehingga mempermudah pemeriksaan.
2. Menguasai bagian kepala sapi dengan melingkarkan sebelah lengan tangan pada
muka sapi, sekaligus cengkramlah kedua rahang bawah sapi sampai mulut sapi
ternganga sehingga giginya tampak. Agar gigi sapi lebih jelas terlihat, bukalah
bibir bawahnya.
3. Memeriksa dan rabalah permukaan gigi serinya hingga jelas
terlihat dan terasa keadaanya.
3.3.2 Penentuan Suhu Tuuh
1.
Menenangkan terlebih
dahulu sebelm diidentifikasi agar mendapatkan hasil pengukuran yang optimal.
2.
Menyiapkan thermometer
dengan cara dikibas-kibas untuk menurunkan permukaan air raksanya sampai angka
terendah, kemudian ujung thermometer dicelupkan kedalam pelicin (vaselin).
3.
Memegang ternak
dengan hati-hati dan tenang, kemudian angkat ke atas ekornya hingga kelihatan
rektumnya.
4.
Memasukan thermometer
pada rectum ternak selama 2-3 menit.
5.
Memperhatikan letak
ujung thermometer masuk ke dalam mukosa rectum.
6.
Membaca suhu yang
ditunjukan thermometer dengan melihat posisi air raksanya.
3.3.3
Penentuan Frekuensi
Respirasi
1.
Mengidentifikasi ternak
terlebih dahulu dalam hal permukaan
jenis atau bangsa, jenis kelamin, umur, berat badan dan kondisi tubuh.
2.
Mengendalikan
hewan agar tetap tenang.
3.
Meletakkan punggung
telapak tangan di depan hidung sapi.
4.
Merasakan tiap
hembusan napasnya.
5.
Hitung pernapasan tiap
hembusan napas selama 2-3 menit.
6.
Ulangi 2 kali, untuk
mendapatkan hasil yang optimum.
7.
Catat hasil pengukuran
pada lembar table
3.3.4
Penentuan Denyut Nadi
1.
Mencari pusat denyut
jantung pada ternak ( sapi ) yaitu dilakukan dengan menekan pada arteri
femoralis sebelah medial bahu kiri.
2.
Hitung
dengan countercheck dan mendengarkan denyut jantung dengan stetoskop.
3.
Ulangi 2
kali.
4.
Mencatat data yang
diperoleh dari hasil pengukuran tersebut di dalam table lembar
pencatatan data.
3.3.5
Pengukuran Bagian Tubuh
( Dimensi )
1.
Menenangkan ternak
terlebih dahulu agar muda melakukan pengukuran.
2.
Melakukan pengukuran
dengan menggunakan tongkat ukur dan pita ukur.
3.
Mencatat hasil
pengukuran pada lembar pencatatan.
3.3.6 Penimbagan Ternak
1.
Mempelajari bagai cara
menimbang ternak dan mengetahui berat badsan dari ternak tersebut.
2.
Menyiapkan ternak yang
akan ditimbang dan diukur, ushakan tidak dalam keadaan setres.
3.
Memasukkan ternak
sapi pada penimbangan ternak besar kapasitas 1000kg.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
4.1.1 Identitas Ternak
a. No.
Ternak : 3
b. Jenis
Kelamin :
♂ (Jantan)
c. Umur
Ternak : 2
½ - 3 ½ tahun
4.1.2 Data Status Faali Ternak
No
|
Paameter
|
Ukuran I Pagi
|
Ukuran II Pagi
|
Rata – rata
|
1
|
Suhu tubuh Ternak ( oC )
|
38,5
|
38,6
|
|
2
|
Respirasi ( kali/menit )
|
24
|
25
|
|
3
|
Denyut nadi ( kali/menit )
|
25
|
27
|
|
4.1.3 Data Lingkungan
No.
|
Parameter
|
Pagi (jam 10:30)
|
1
|
Temperatul
Kandang (0C)
|
32
|
2
|
Kelembaban
Kandang(%)
|
59
|
4.1.4 Pengukura Pada Ternak
a. Bobot badan ternak : 240 kg
b. Bobot badan estimasi :
c. Ukuran - ukuran tubuh ternak
No
|
Bagian Tubuh
|
Ukuran I (cm)
|
Ukuran II (cm)
|
Rata-rata (cm)
|
1
|
Panjang Badan
|
120
|
118
|
|
2
|
Panjang Kepala
|
41
|
42
|
|
3
|
Panjang Metakarpal
|
31
|
36
|
|
4
|
Panjang Metakarsal
|
42
|
43
|
|
5
|
Panjang Paha
|
73
|
72
|
|
6
|
Lebar Kepala
|
20
|
19
|
|
7
|
Lebar Dada
|
39
|
35
|
|
8
|
Lebar Pinggul
|
39
|
38
|
|
9
|
Tinggi Gumba
|
115
|
116
|
|
10
|
Tinggi Punggung
|
112
|
115
|
|
11
|
Tinggi Pinggul
|
116
|
118
|
|
12
|
Lingkar Dada
|
156
|
157
|
|
13
|
Lingkar Perut
|
178
|
175
|
|
14
|
Lingkar Flank
|
145
|
153
|
|
15
|
Lingkar Paha
|
58
|
51
|
|
16
|
Lingkar Metakarpal
|
15
|
16
|
|
17
|
Lingkar Metakarsal
|
17
|
18
|
|
18
|
Dalam Dada
|
64
|
63
|
|
19
|
Indeks Kepala
|
0,487
|
0,452
|
|
4.2 Pembahasan.
Ternak Sapi
potong yaitu ternak ruminansia dengan tujuan
pemeliharaannya untuk menghasilkan daging. Sedangkan ternak kerja
adalah ternak yang tujuan utamanya untuk di
manfaatkan tenaganya.
Sapi potong dan kerja
dapat kita ketahui dan menentukan umurnya dengan cara melihat catatan
kronologinya,lingakaran yang ada pada tanduk atau cincin tanduk dapat pula
dilihat dengan cara menghitung jumlah perubahan gigi. Jika jumlah cincin
tanduknya 2 dapat di perkirakan bahwa sapi tersebut berumur 3 tahun.
Sedangkan jika terdapat 2 gigi lebar (I I) berarti dapat diperkirakan berumur
1 ½ - 2 tahun, jika 4 gigi lebar ( I 2) dapat diperkirakan berumur 2 – 2 ½
, jika terdapat ada 6 gigi lebar (I 3) berarti diperkirakan umur 2½ - 3 ½
tahun, jika 8 gigi lebar (I 4) berarti diperkirakan berumur 3 ½ - 4 ½ tahun, I 0: Sapi Umur 1- 1 ½ tahun, dan gigi tua, sapi umur > 9 tahun,
jadi dengan mengetahui keterangan tersebut kita dapat memperkirakan umur suatu
ternak sapi, begitu pula dengan ternak potong dan kerja lainnya.
Pada umumnya Suhu tubuh
pada ternak sapi potong tergantung pada jenis kelamin, umur dan suhu
lingkungan. Dalam keadaan normal suhu tubuh ternak dapat bervariasi karena
adanya perbedaan jenis kelamin, umur, suhu lingkungan dan aktivitas sapi
tersebut. Suhu normal adalah panas tubuh dalam zone thermonetral pada aktivitas
tubuh terendah. Variasi normal suhu tubuh akan berkurang bila mekanisme
thermoregulasi telah bekerja sempurna dan hewan telah dewasa. Sehingga ketika
dilihat suhu rektal sapi potong jantan dipagi hari dan sore hari berbeda, dapat
dikatakan pula bahwa hal tersebut dikarenakan beberapa faktor yaitu aktivitas,
iklim, suhu kandang yang berubah.
Salah satu cara untuk
mendapatkan gambaran mengenai suhu tubuh adalah dengan melihat suhu rectal
dengan pertimbangan bahwa rectal merupakan tempat pengukuran terbaik dan dapat
mewakili suhu tubuh secara keseluruhan sehingga dapat disebut sebagai suhu
tubuh.
Respirasi adalah proses
pertukaran gas sebagai suatu rangkaian kegiatan fisik dan kimiawi dalam tubuh
organisme pada lingsskungan sekitarnya. Oksigen diambil dari udara sebagai
bahan yang dibutuhkan jaringan tubuh dalam proses metabolisme. Frekuensi
respirasi bervariasi tergantung dari besar badan, aktifitas tubuh, umur dan
penuh tidaknya rumen. Kecepatan respirasi meningkat sebanding dengan
meningkatnya suhu lingkungan. Meningkatnya frekuensi respirasi menunjukkan
meningkatnya mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis dalam
tubuh hewan. Kelembaban udara yang tinggi disertai suhu udara yang tinggi
menyebabkan meningkatnya frekuensi respirasi.
Pada saat
penghitungan respirasi sapi potong diwaktu pagi dan sore berbeda, dimana
respirasi di pagi hari lebih rendah dibandingkan sore hari, hal itu dikarenakan
pula adanya beberapa faktor yang sama halnya dengan suhu tubuh, dan denyut nadi
pada ternak potong sapi, misalnya kelelahan, aktivitas dan isi rumen ternak
sapi potong saat itu.
Frekuensi denyut nadi
dapat dideteksi melalui denyut jantung yang dirambatakan pada dinding rongga
dada. Frekuensi denyut nadi bervariasi tergantung dari jenis hewan, umur,
kesehatan dan suhu lingkungan. Disebutkan pula bahwa hewan muda mempunyai
denyut nadi yang lebih frekuensi dari pada hewan tua. Pada suhu lingkungan
tinggi, denyut nadi meningkat. Peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan
respirasi yang menyebabkan meningkatnya aktivitas otot-otot respirasi, sehingga
dibutuhkan darah lebih banyak untuk mensuplai O2 dan nutrient melalui
peningkatan aliran darah dengan jalan peningkatan denyut nadi.
Frekuensi denyut nadi
sapi pada pagi dan sore hari berbeda dikarenakan pula oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi suhu dan respirasi pada ternak potong.Setres juga dapat di jadikan
sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi berubahnya denyut
nadi ternak.
Suhu dan kelembaban
udara merupakan dua komponen iklim yang paling penting yang harus diperhatikan,
karena keduanya sangat mempengaruhi kondisi fisiologi ternak. Suhu lingkungan
terutama kandang sangat mempengaruhi respirasi, denyut nadi, dan suhu rektal
pada ternak. Suhu lingkungan terutama suhu kandang yang tunggi dapat
menurunkan nafsu makan dan menambah kebutuhan air. Bila hal ini akan terus
terjadi akan menghambat laju pertumbuhan dan menurunkan reproduksi ternak. Suhu
dalam kandang yang baik yaitu rat-rata 33ºC dengan kelembaban 75%.Tempratur
kandang dan kelembaban kandang dipengaruhi oleh faktor cuaca dan iklim.
Mengetahui bobot badan
ternak sapi potong adalah hal yang sagat penting untuk diketahui guna
melihat kebutuhan pakan ataupun kesehatan ternak. Penimbangan merupakan hal
yang paling tepat dalam mengetahui bobot badan ternak, tetapi bobot badan
ternak juga dapat diperkirakan atau diduga dengan cara mengukur bagian-bagian
tubuh ternak atau disebut dengan cara manual. Bagian-bagian ukuran tubuh ternak
yang dapat digunakan dalam menduga bobot badan yaitu lingkar dada, tinggi
pundak, panjang badan, dalam dada serta tinggi dan lebar kemudi atau pinggul.
Pendugaan bobot tubuh
ternak dengan menggunakan rumus :
Rumus schrooel: BB =
Keterangan :
Rumus winter
: BB =
Rumus williamson dan
payne
: BB =
Rumus jagra (1987) : BB
=
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpilkan bahwa:
1.
Untuk menentukan umur
ternak dapat di lakukan dengan cara
melihat jumlah gigi yang lebar pada ternak tersebut
2.
Menentukan bobot badan
ternak sapi dapat di lakukan dengan menggunakan timbangan maupun dengan rumus
berdasarkan pengukuran ukuran tubuh tertentu. Dari beberapa rumus diatas, ada
beberapa rumus yang mendekati angka dengan mnggunakan timbangan. Antara lain
: Rumus schrooel, Rumus winter, Rumus williamson dan payne dan Rumus jagra
(1987)
3.
Untuk mengukur tubuh
ternak dapat dilakukan dengan menggunakan tongkat ukur dan pita ukur.
4.
Suhu tubuh dan denyut
nadi pada ternak sapi dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur dan suhu lingkungan.
5.
Suhu lingkungan terutama
suhu kandang yang tunggi dapat menurunkan nafsu makan dan menambah
kebutuhan air.
5.2 Saran
Diharapkan kepada Co. Ass agar tidak
terlalu menyulitkan praktikan dalam respon akhir serta memberikan kemudahan
dalam praktikan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Susetyo. 1997. Performance Tubuh Ternak.
Jakarta: Cv.Yasaguna
Timan.2003. Pengaruh Lingkungan terhadap
Keadaan Fisiologis. Anonim, http://sapi-bali.com/ di Unduh pada tanggal 3
Desember 2015
Esmay, 1960. Kesehatan Sapi.
Kanisus: Yogyakartas
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi
Ternak. Gadjah Mada University Press
Hasanudi. 1997. Pengelolaan Ternak Sapi Pedaging.
FP-USU : Medan
Housebandry. 2009. Pengaruh Lingkungan
terhadap Keadaan Fisiologis Ternak Yogyakarta.
(Diterjemahkan oleh: Koen Praseno).
Roche. 1975. Pengukuran Berat Badan Ternak
berdasarkan Performance. Yogyakarta:
Dinas Peternakan Provinsi
DIY.
Subronto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak. Gadjah
Mada University Press : Yogyakarta
Sugeng, Y. B. 2000. Ternak Potong dan Kerja.
Edisi I. CV. Swadaya : Jakarta
No comments:
Post a Comment